Indonesia Incorporated

Buku ini adalah salah satu Novel karya Zainur Ridwan yang menceritakan bagaimana korporasi-korporasi asing yang berusaha untuk merenggut kekayaan alam indonesia dan menggunakan isu lingkungan sebagai wadahnya. Bagian awal buku ini menyajikan fakta bahwa Indonesia sangat kaya akan sumber daya dari ujung barat sampai timur yang sayangnya telah dikuasai oleh korporasi asing. Cerita ini bermula ketika Eli Van Barend yang merupakan pemilik dari Empire Mining yang tidak mau bekerja sama dengan “Organisasi” untuk mendukung salah satu calon penguasa. Disini terlihat bagaimana korporasi asing rela mengeluarkan modal yang cukup besar untuk diinvestasikan ke salah satu calon pemimpin dengan asumsi jika dia terpilih menjadi penguasa yang baru dia akan tunduk kepada korporasi dengan dalih sebagai balas budi (jadi tidak heran jika ada sebuah perusahaan yang rela mengeluarkan modal besar untuk kampanye calon penguasa). Setelah keputusan itu, beberapa hari kemudian Eli Van Barend ditemukan meninggal bunuh diri setelah melompat dari atas helikopter. Setelah kematian Eli maka pucuk kepemimpinan diserahkan kepada Jansen Dompis yang dianggap lebih berkapabilitas dibanding dengan Michael, David, Jonathan dan Samuel (anak Eli Van Barend) serta Joseph atau Romeo yang merupakan anak tidak sah dari Eli.

Samuel van Barend merupakan pemilik perusahaan peternakan yang mempunyai otoritas untuk memonopoli daging yang dikonsumsi masyarakat. Disini kita mendapat fakta baru lagi, bahwa pajak, kelangkaan, dll merupakan ulah segelintir orang untuk memainkan harga daging dipasaran dengan asumsi untuk mendapatkan keuntungan yang besar sedangkan rakyat terjerat oleh permainan-permainan para kapitalis. Pemerintah tidak dapat berbuat banyak dalam hal ini, karena bukan Cuma dalam bidang pertambangan bahkan makanan pokokpun seringkali terjadi spekulasi oleh para kapitalis-kapitalis. Selain permainan spekulasi tersebut, akan ada isu bahwa daging sapi dll akan diganti dengan daging hibrida, daging yang merupakan hasil dari laboratorium yang sangat rentan dengan penyakit.

Selain tokoh-tokoh diatas ada tokoh lain yaitu Endo dan Anggabaya yang banyak menjelaskan tentang bagaimana korporasi-korporasi menancapkan taringnya di Indonesia. Yang dimulai dengan Indonesia Investment Conference 1967 di Jenewa, Swiss. Para akademis tidak banyak yang tahu tentang ini, pada konferensi itu berkumpul para kapitalis dunia seperti David Rockefeller dll. Mereka dengan sistematisnya menjarah sumber daya alam indonesia, mulai dari ujung barat sampai timur. Jadi jangan heran disetiap jengkal pulau di Indonesia telah ada kuku-kuku korporasi asing yang tertancap, karena para korporasi asing tersebut menjarah indonesia dengan rapi. Jangan heran melihat Chevron di Riau, Exxon di Blok Natuna dan Freeport di Papua.

Ketika kita berbicara mengenai papua, kita tidak akan berhenti kagum terhadap kekayaan alam papua, mulai dari nikel, tembaga, emas sampai uranium yang merupakan bahan baku dari pembuatan nuklir. Tapi sekarang bagaimana dua gunung Erstberg dan Gransberg digarap dan dilubangi untuk diambil kekayaan alamnya. Tapi bisa kita lihat dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat papua. Pemerintah hanya mendapat 1 % itupun hanya dari sektor pajak. Sedangkan 99% lainnya mengalir ke kantong-kantong kapitalis Henry Kissinger.

Blok Natuna adalah daerah yang mempunyai potensi gas alam terbesar sekitar 46 triliun kaki kubik. Tapi daerah ini hanya dimanfaatkan oleh para kapitalis-kapitalis sedangkan pemerintah tidak mendapatkan apa-apa. Berdasarkan KBH, porsi bagi hasil Exxon dan Pemerintah ditetapkan sebesar 100:0. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena pada saat itu biaya untuk mengelola blok Natuna itu sangat besar jadi wajar apabila Exxon meminta 100% sedangkan pemerintah hanya mendapat penghasilan dari pajak, fee, dan saham partisipan.

Kekayaan alam indonesia ini dapat terakuisisi dengan mudah karena para pemegang kebijkan kita bermental korup sehingga mereka membuat regulasi yang menguntungkan dirinya sendiri tanpa memikirkan masyarakat banyak.

Dalam novel ini juga memberikan fakta bahwa pemanasan global adalah isu yang sengaja dihembuskan oleh institusi dunia seperti PBB, Green Peace dll. Sehingga mucullah Kyoto Protokol yang merupakan peng”amin”an dari isu lingkungan ini. Menurut beberapa ilmuan pemanasan global telah terjadi sejak era abad ke-20 yang merupakan akibat dari banyaknya emisi karbon dioksida di bumi, tapi tidak sedikit juga ilmuan yang membantah teori dari penyebab pemanasan global ini. Yang jelasnya ada agenda besar dibaling isu ini, karena banyak uang yang berputar dalam bisnis skala global ini.  Bahkan isu ini merupakan salah satu agenda untuk menciptakan satu pemerintahan dunia, satu bahasa dan satu agama yaitu agama paganisme.

Novel yang merupakan karya Zaynur Ridwan ini merupakan novel yang merujuk kepada ilmiah populer. Ada beberapa kekurangan dari buku ini, pertama alur cerita yang kurang jelas sehingga orang akan kebingungan untuk mengerti. Kedua, kurangnya sumber referensi untuk mencari tahu lebih lanjut terhadap fakta yang diberikan. Ketiga, karena sumber referensi yang tidak jelas maka novel ini sangat subjektif.

Dari kekurangan diatas, keseluruhan dari buku ini sangat bagus, karena memberikan kita fakta-fakta baru tentang sumber daya di Indonesia, isu lingkungan dan lain-lain.Image

Saya Berbelanja Maka Saya Ada

Buku ini menjelaskan kepada pembaca, bagaimana menyikapi sebuah fenomena yang menurut sebagian masyarakat merupakan hal-hal kecil. Fenomena dimana masyarakat bahkan menjadikan hal tersebut sebagai hobbi. Fenomena itu adalah berbelanja. Seperti yang kita ketahui bahwa dimasyarakat modern seperti sekarang, kita beraktifitas untuk memperoleh sesuatu yang disebut belanja. Dengan belanja seseorang dapat mendapatkan barang yang dia inginkan dengan perantara alat pembayaran. Hal ini merupakan sebuah perubahan dimana berdasarkan sejarah, manusia sebelum abad millenium mengkonsumsi barang dengan mengambil langsung dari alam. Kemudian mulai mengembangbiakkan barang yang ingin dia konsumsi dengan berbagai cara seperti beternak dan bertani. Manusia semakin berkembang dan kebutuhannya pun menjadi kompleks sehingga manusia menciptakan sebuah sistem dimana dia dapat mendapatkan sesuatu yang dia tidak miliki dengan mengorbankan hal yang dia miliki (yang berlebih). Sistem ini dinamakan barter, barter semakin menjadi sebuah sistem yang lebih mempermudah manusia untuk memiliki barang yang lebih banyak dan bervariasi. Tapi barter mempunyai kelemahan karena tidak mudah menemukan barang yang kita inginkan karena beberapa faktor salah satunya, orang yang mempunyai barang tersebut tidak ingin melepas barangnya. Faktor lain susahnya mencari barang barter yang senilai. Untuk itulah diciptakannya uang untuk dijadikan sebagai alat pembayaran (perantara). Uang pertama kali terbuat dari logam kemudian dikembangkan lagi sehingga uang yang kita miliki sekarang kebanyakan dari kertas. Yang menurut sebagian pendapat bahwa uang kertas tersebut mempunyai nilai yang kurang dari yang tertera pada uang kertas tersebut (nilai pembuatannya kurang dibandingkan nilai yang tertera). setelah uang kertas kemudian bermunculan lagi sesuatu yang disebut giro sampai kartu kredit dimana hanya dengan sebuah kartu yang terbuat dari plastik bisa menukarkan sesuatu yang berharga cukup besar. Cukup dulu pembahasan tentang uang karena untuk membahasnya membutuhkan waktu yang cukup banyak. Dan saya fikir kita belum sampai pada pembahasan mengenai buku itu sendiri.

Setelah membahas tentang uang tadi, kita akan melihat sebuah fenomena dimasyarakat dimana seseorang dengan giatnya berbelanja sesuatu. Orang bahkan sulit untuk membedakan mana kebutuhan mana keinginan. Bahkan lagi sebagian besar orang tersamarkan bahwa keinginan merupakan kebutuhan. Untuk lebih mudah kita ambil contoh handphone. Handphone (HP) notabennya merupakan alat komunikasi (telepon & sms). Tapi seiring perkembangan zaman HP termutakhirkan dengan berbagai fiturnya yang lebih kompleks. Sehingga dulunya HP merupakan kebutuhan tersier sekarang menjadi kebutuhan primer bagi sebagian besar kalangan. HP digunakan juga sebagai prestige (gengsi), dimana status sosial seseorang biasanya dipandang diHPnya.

Itulah fenomena sosial yang ada pada masyarakat modern sekarang. Mereka mulai hidup dengan gaya konsumerisme. Sehingga sebagian besar orang berfikir bahwa untuk bisa hidup kita membutuhkan yang namanya uang. Inilah dunia kapitalistik dimana materi menjadi segalanya.

Untuk membahas lebih jauh, dibuku ini menyebutkan bahwa desain merupakan faktor utama dari gaya hidup konsumerisme. Orang tidak lagi hanya membeli barangnya tetapi membeli juga merknya (desain). Karena seperti yang saya sebutkan dicontoh sebelumnya bahwa barang yang kita beli merupakan identitas sosial kita. Mereka membeli sesuatu yang sebenarnya kurang bermanfaat bagi mereka tetapi karena ingin memperlihatkan status sosialnya maka rela mengeluarkan uang yang sangat besar jumlahnya. Gaya konsumerisme ini menjadikan manusia sebagai makhluk yang individualistik dimana sebuah interaksi didasarkan hanya dengan materi. Sikap-sikap sosial manusia mulai terpinggirakan oleh zaman, didesak oleh situasi-situasi ekonomi yang menyebabkan kesenjangan sosial dimana-mana. Ketika kita membeli sebuah baju – yang fungsinya sebagai penutup badan kita –  dengan harga yang cukup besar. Dimana jika uang tersebut jika kita berikan kepada anak-anak jalanan mungkin mereka tidak akan risau tentang perut mereka yang kelaparan malam hari.

Cuma sedikit yang bisa saya ringkas dari buku (Saya Berbelanja, Maka Saya Ada). Sebagian besar hal diatas merupakan buah pemikiran ditambah dengan inti-inti yang dibahas didalam buku. Mudah-mudahan setelah membaca buku ini kita mulai menyingkirkan sifat-sifat ego kita dan mulai menjadi makhluk sosial serta dapat membedakan mana yang sebetulnya kebutuhan daripada keinginan.Image